Terima Kasih, Tuhan. Atas semua yang aku terima hari ini. Atas kehidupan yang telah Kau mudahkan dan atas kekuatan hati yang telah Kau berikan hingga detik aku masih bisa menarik dan menghembuskan nafasku satu persatu. Ingatkan aku, Tuhan. Agar selalu menyebut namaMu di tiap hembusannya. Aku sebenarnya sangat takut untuk meminta apa-apa karena aku sudah tidak layak untuk menerima apa-apa. Tapi, sekali lagi aku berterimakasih karena Kau telah memberikan apa-apa yang aku tidak berani memintanya. Memberikan jalan saat aku takut untuk terus melangkah. Memberikan pintu keluar saat aku terjebak dalam sebuah ruang hampa. Meletakkan aku pada kedua belah tanganMu saat aku melayang-layang tak tentu arah di luar angkasa.
Aku minta maaf, Tuhan. Untuk semua salah yang telah telanjur aku buat. Untuk kejahatan yang telah aku lakukan. Untuk segala niat buruk yang terlintas dalam pikiran dan terniatkan dalam hati. Tapi terima kasih, Tuhan. Karena Kau tetap menjebaknya untuk tetap menjadi niat dalam hati. Membiarkan langkahku tetap menuju kebenaranMu. Untuk merasakan sakit dan pedih jika itu memang jalanMu. Terima kasih untuk semuua ketahanan dan pelajaran yang Kau berikan dari segala perih yang Kau sayatkan di permukaan kulitku karena Kau tetap menjaga hatiku pada hatiMu. Menunjukkan padaku bahwa kulit tidak berarti apa-apa, karena Kau tahu apa yang sebenarnya lebih berharga yang ada di baliknya. Lebih dalam dari kulit, daging atau tulang yang akan hancur jika memang Kau kehendaki. Kau tunjukkan detak hati dan hembus napas yang menyebut namaMu telah memberi kekuatan untuk melupakan segala sakit, yang sekali lagi, hanya bisa dirasakan oleh kulit. Dan aku berterimakasih untuk itu…
(ditulis di Ruang EDP, Kantor Denpasar, di waktu yang saya sudah lupa. Tapi, saya ingat rasanya. Saat saya merasa sangat marah)
2 Comments
Comments RSS TrackBack Identifier URI
wah di ruanganku dunks…kok aku ngga tau…
Ada sesuatu yang selalu jadi rahasia…. hehehehehe 🙂